Tergerak tangan ini menyapa teman-teman guru yang nampak senyap lama tidak kunjungi blog yang mungkin tidak terlalu usang tetapi ijinkan kami menyapa dengan mengajak teman untuk aktif dan kreatif menulis. Tentu tulisan yang memberikan manfaat bagi diri, rekan-rekan guru, peserta didik, kolega, ataupun masyarakat luas. Sejarah tidak akan habis jika mau menggali atau mengkaji terutama lagi Sejarah Kebudayaan Islam yang amat kaya dengan nilai yang bisa dimunculkan utuk contoh tauladan bagi peserta didik. Sejarah budaya dan peradaban para nabi dan rasul Allah, sejarah peradaban di belahan bumi tempat manusia berpijak, sejarah para penguasa yang bijaksana, sejarah kerajaan-kerajaan Islam di belahan bumi nusantara dan di belahan bumi lainnya. Dan masih banyak lagi terutama sejarah kebudayaan lokal tempat tinggal teman-teman yang dapat diangkat sebagai tulisan untuk bahan pengembangan atau pengayaan. Selamat mencoba menulis kami yakin sudah sekian lama teman-teman juga sudah memulai menulis dan semoga tulisannya bermanfaat serta tidak bosan untuk menulis.

Guru SKI MA turut berbela sungkawa atas wafatnya isteri dari bapak Drs. H. Agus Santoso, M.Ag. yang dimakamkan hari ini, Selasa, 24 Maret 2015 berangkat dari rumah duka pukul 10.00 WIB, teriring do’a semoga almarhumah diampuni dosa dan kesalahannya dan diterima seluruh amal kebaikannya serta mendapatkan husnul khotimah, amin. Keluarga yang ditinggalkan tetap tabah tambah kuat islam dan imannya dan segera menjalani kegiatan keseharian dengan baik, amin. Do’a dari Seluruh Guru SKI MA.

Kami Tunggu Tulisan Kreatif Teman-teman Guru SKI MA Selamat Berkarya semoga Allah memberi jalan terbaik untuk kita semua

Sejumlah 35 orang guru SKI madrasah dari berbagai jenjang MI, MTs, dan MA dari madrsah swasta yang lolos dalam seleksi, sedang mengikuti Pendidikan Profesional Guru (PPG) di Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Pada saat yang bersamaan juga PPG untuk guru fikih madrasah dan PGMI untuk membekali pengetahuan para guru madrasah swasta agar menjadi guru yang profesional. Setelah mengikuti PPG para guru madrasah yang mengikuti diharapkan mampu melaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK). Dosen PTK untuk guru SKI dalam PPG kali ini adalah dipandu oleh bapak M. Agus Nuryatna, Ph.D., sedangkan pada kelas guru fikih dan PGMI masing-masing dipandu oleh bapak dosen Dr. Sabarudin, M.Si., dan Drs. Rajasa, MA.

Pak H. Diki, pak Yadi, ibu Lina bapak-bapak dan ibu-ibu lainnya apa khabarnya sudah lebih dari tiga tahun kita bersama bertemu di Srengseng Jakarta Selatan. Dan tempo hari saya selama sepuluh hari juga di Jakarta tepatnya di Pusdiklat Kemenag Ciputat dalam acara Diklat Nuansa HAM sehingga mengingatkan kembali tiga tahun lalu. OL kami kemaren ke Lapas Perempuan Tangerang dan selepas itu ke Mangga Dua. Bukan Jakarta jika tidak macet apalagi bersamaan dengan ulang tahun kota Jakarta dan jelang pemilihan Gubernur sehingga semua sudut kota Jakarta mengalami kemacetan. Lewat tulisan ini saya menyapa kembali rekan-rekan Guruskima Indonesia, setelah liburan kembali masuk madrasah dengan seperangkat persiapan untuk mengajar. Demikian pula tidak lama lagi kita kehadiran tamu agung bulan Ramadhan 1433 H, marilah kita sambut bersama kehadirannya, semoga Allah memberi kesempatan kepada kita untuk meningkatkan kualitas iman dan taqwa kita, amin, dan kita tetap semangat semangat semangat, Okey.

Sudah sekian lama tidak menengok dan mengisi blog ini, kali ini mencoba diisi dengan kliping koran Republika dengan berbagai judul apakah dari ringkasan buku atau ulasan terdiri dari meliputi: Landasan Shalat Berjamaah; Shalat Obat Segalanya; Melihat Jejak-jejak Rumi di Konya; Melihat Jejak-jejak Rumi di Konya (II); Siapakah Bangsa Uighur?; Tak Pernah Menyerah Berdoa; Keutamaan 66 Sahabat Nabi; Ayo Sempurnakan Wudhu; Mengelola Tadarus Keluarga; Bekal Sehat ke Tanah Suci; “Zammilunie… Zammilunie…”; Pengendalian Diri; Mengkaji Kandungan Al-Qur’an dengan Benar; Cara Mengubah Perilaku; Antara Pendeta Buhaira, Kerasulan Muhammad, Injil Kuno, dan Kristen Suriah;dan, Allah Akbar, Injil Kuno Ini Kabarkan Kedatangan Rasulullah.

Landasan Shalat Berjamaah
Jumat, 09 Maret 2012 13:16 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, Shalat adalah bentuk konsekuensi pertama kita setelah mengucapkan dua kalimat syahadat.
Allah SWT memanggil langsung hamba-Nya tercinta, Rasulullah Muhammad SAW, ke Sidratul Muntaha guna menerima secara langsung perintah shalat. Hal ini berbeda dengan kewajiban ibadah lainnya, yang cukup Allah SWT wahyukan melalui Malaikat Jibril.

Cinta terhadap shalat, bergegas melaksanakannya dan menunaikannya sesempurna mungkin secara lahir dan batin merupakan suatu keharuan. Shalat adalah cermin dari apa yang ada di hati; baik berupa cinta kepada Allah ataupun rindu untuk berjumpa dengan-Nya.

Sedangkan berpaling darinya, bermalas-malasan, menunda-nunda panggilan dan berat dalam melaksanakannya, atau menunaikannya sendirian bukan dengan berjamaah di masjid, tidak berjamaah tanpa uzur, adalah kekosongan hati dari cinta kepada Allah dan sikap acuh seolah tak butuh terhadap apa yang ada di sisi-Nya.

Dewasa ini kerap kita jumpai fenomena yang membuat hati miris. Yakni, banyaknya kaum Muslimin yang meninggalkan atau menunda-nunda shalat berjamaah di masjid, baik karena kebodohannya ataupun berbagai alasan lainnya, terutama mengejar dunia (kesibukan pekerjaan). Padahal banyak sekali hadits Nabi yang menganjurkan bahkan menekankan setiap individu Muslim untuk melaksanakan shalat fardhu berjamaah di masjid.

Buku yang merupakan buah kegigihan para penulisnya mengumpulkan bahan-bahan berserakan dari berbagai kitab ini mengupas fikih shalat berjamaah yang sangat perlu diketahui oleh setiap Muslim. Penulis memulai bukunya dengan membahas shalat ecara etimologi dan terminologi syar’i, dalil disyariatkannya shalat, kedudukan shalat dalam Islam dan kedudukan shalat dibandingkan ibadah lainnya.

Bab-bab berikutnya membahas hal-hal yang berkaitan dengan shalat berjamaah. Misalnya, hikmah disyariatkannya shalat berjamaah, sejarah disyariatkannya shalat berjamaah, imbalan atau ganjaran shalat berjamaah, dan ancaman bagi mereka yang meninggalkan shalat berjamaah tanpa halangan.

Kemudian kriteria Muslim yang diwajibkan shalat berjamaah, batas minimal peserta shalat berjamaah, hukum melaksanakan shalat berjamaah, dan hukum berjamaah dalam shalat Subuh. Penulis juga mengupas tentang menunggu shalat berjamaah lebih utama daripada shalat sendirian, mengerjakan shalat berjamaah setelah lewat waktu, hukum mengikuti shalat jamaah melalui siaran radio atau televisi, hukum shalat jamaah di atas kapal atau perahu, hukum shalat jamaah di atas bus, kereta api dan pesawat terbang, serta hukum shalat jamaah bagi kaum wanita.

Judul buku : Fiqih Shalat Berjamaah Berdasarjan Alquran dan As-Sunnah
Penulis : Dr Shalih bin Ghanim As-Sadlan
Penerbit : Pustaka As-Sunnah
Cetakan : II, Mei 2011
Tebal : 272 hlm

Shalat Obat Segalanya
Rabu, 14 Maret 2012 13:35 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, Banyak orang mengeluh dalam hidupnya. Baik menyangkut masalah ekonomi atau keuangan, bisnis, pekerjaan, kesehatan, istri, suami, anak, dan sebagainya.

Begitu menghadapi masalah, yang pertama mereka pikirkan adalah mencari solusi kepada manusia. Misalnya dokter atau bahkan paranormal untuk mengobati penyakit; bertanya kepada psikolog atau psikiater untuk mencari jawaban terhadap persoalan yang menimpa keluarganya; atau mencari ahli keuangan untuk mengatasi masalah bisnisnya.

Mengapa mereka tidak datang kepada yang Maha Memberikan solusi atas setiap permasalahan kehidupan? Dialah Allah SWT. Dialah Tuhan yang telah berjanji dalam Alquran, bahwa barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah SWT akan memberikan jalan keluar bagi setiap permasalahan yang dihadapinya dan menganugerahkan rezeki kepadanya dari pintu yang tidak diduga-duga.

Nah, untuk mendatangi Allah SWT, cara yang utama adalah shalat. Dalam menghadapi persoalan apa pun, sebelum melakukan ikhtiar yang lain, shalatlah terlebih dahulu. Penuhilah kewajiban shalat fardhu yang lima waktu, dan perbanyaklah shalat-shalat sunah. Sesungguhnya shalat adalah obat segala persoalan kehidupan. “Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat.” (QS. Al-Baqarah: 45) “Shalat itu merupakan cahaya.”(HR Baihaqi). “Sesungguhnya amal perbuatan yang paling baik adalah shalat.” (HR Hakim dan Ibnu Hibban).

Itulah inti utama buku yang merupakan kumpulan tulisan ulama terkemuka Arab Saudi, Syekh Muhammad Al-Utsaimin dan kawan-kawan ini. Melalui berbagai pemaparan dalam buku ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa shalat membawa hikmah dan manfaat yang sangat besar dalam menjaga pola hidup sehat. Sehat jasmani dan rohani, fisik dan psikis merupakan modal utama untuk meraih hidup sukses dan bahagia.

“Dan obat mujarab bagi mereka adalah bersatu di shaf-shaf atau barisan orang-orang yang shalat…” (hlm 138). “Masuklah ke rumah-rumah Allah SWT Yang Maha Pengasih. Menyatulah bersama barisan orang-orang yang shalat…” (hlm 139).

Buku ini dimulai dengan risalah shalat yang ditulis oleh Syekh Utsaimin. Dalam bab ini ia membahas tentang motivasi shalat yang menyentuh relung hati, cara berwudhu yang mudah, cara mandi yang mudah, cara bertayammum yang mudah, cara shalat yang mudah, serta hal-hal yang dimakruhkan dan membatalkan shalat.

Bab kedua menekankan tentang pentingnya memahami bacaan-bacaan dalam shalat serta menyelami maknanya. Di dalammya dibahas tentang bacaan dan dzikir serta doa dalam shalat, mulai takbiratul ihram sampai salam. Bab ketiga menyajikan doa-doa pilihan dalam wudhu, adzan dan shalat, serta zikir-zikirnya yang praktis dan mudah.

Bab keempat—yang dipilih sebagai judul buku ini—membahas shalat sebagai obat segala macam penyakit dan solusi atas semua masalah kehidupan. Bab kelima mengajak kaum Muslimin untuk bermuhasabah tentang shalat yang dikerjakannya selama ini, yakni “Shalat kita: antara kebahagiaan dan kesengsaraan?”

Bab keenam atau penutup juga sangat terkait dengan judul dan boleh dibilang merupakan inti buku ini, yakni “Energi shalat: hidup sehat dengan shalat lima waktu”. Buku ini amat perlu dibaca oleh kaum Muslimin. Uraian bab demi bab dalam buku ini insya Allah menyadarkan kaum Muslimin, bahwa solusi atas setiap persoalan hidupnya ada di shalat, terbentang di masjid.

Judul buku : Hidup Sehat dengan Shalat
Penulis : Syaikh Muhammad Al-Utsaimin et all
Penerbit : Akbar Media
Cetakan : November 2011
Tebal : viii+282 hlm

Melihat Jejak-jejak Rumi di Konya
Selasa, 20 Maret 2012 01:00 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, oleh: Arys Hilman Nugraha (wartawan Republika)
Delapan belas ribu tahun yang lalu, Konya tak ubahnya Bandung di masa purba — hanyalah sebuah cekungan raksasa di dataran tinggi yang tergenang air. Baru pada 10 ribu tahun yang lalu, cekungan ini kering dan menjadi daratan yang subur berbatas hutan-hutan di pinggirannya. Dan 700 tahun lalu, lahirlah di sini sebuah kelompok tasawuf terkemuka.

Terletak di pusat Anatolia, wilayah Turki bagian Asia, Konya telah dikenal sebagai kota internasional sejak abad ke-2 masehi. Orang-orang Roma, pendiri kota ini, menyebutnya Iconium. Berabad-abad orang-orang lalu-lalang di kota ini. Tapi keharuman Konya baru semerbak pada abad ke-13, di tengah masa kejayaan Suku Seljuk, Turki.

Adalah Jalaluddin Rumi yang membuat kota ini jadi amat terkenal, bahkan kini dikunjungi satu juta peziarah muslim setiap tahun. Di sinilah tokoh terkemuka dalam tasawuf dan kesusastraan itu menghabiskan sebagian besar usianya hingga wafat.

Tak pelak, tempat paling penting untuk dikunjungi di Konya adalah mausoleum Rumi, yang kini menjadi museum. Tempat inilah yang kini menjadi merek dagang kota, dan tempat pertunjukan tarian Samaa atau Whirling Dervishes –karena para Darwis penarinya bergerak melingkar-lingkar– yang terkenal itu, pada setiap 17 Desember.

Terletak di pusat kota, dari kejauhan keanggunan mausoleum itu sudah tampak. Sebuah kerucut hijau besar menghiasi atap gedung tua itu, seakan bersaing dengan kubah dan menara masjid yang tegak di sebelahnya. Kerucut itulah ciri khas bangunan Rumi. Dan di bawah kerucut itulah tepat terletak makam sufi dan sastrawan besar Persia itu. Berdampingan dengan makam Rumi, terdapat makam Sultan Walad, anak sulung Rumi yang mengembangkan orde sufi Whirling Dervishes.

Museum itu kecil saja. Mungkin untuk saat ini kehadirannya agak tersaingi oleh masjid di sebelahnya yang dibangun arsitek terkemuka Turki Ottoman (Usmaniyah, red), yaitu Sinan, pada masa pemerintahan Sultan Salim II, abad ke-16.

Bangunan itu sendiri baru menjadi museum pada 1926 dan kemudian kembali menjadi pusat kegiatan Whirling Dervishes. Sebelumnya, tempat ini sempat mengalami masa muram ketika Musthafa Kemal, bapak westernisasi Turki, melarang kegiatan kelompok sufi itu.

Sebelum memasuki ruang makam, setelah memasuki pintu utama, pengunjung akan langsung bertemu sebuah taman berhias kolam. Itulah simbol dari Malam Penyatuan –Rumi menyebut kematiannya sebagai saat penyatuan diri dengan Tuhan. Di taman itu pula, tarian Samaa dipertunjukkan setiap 17 Desember untuk memperingati hari kematian Rumi.

Puluhan, bahkan ratusan orang berkerumun di taman itu, bahkan saat tarian spiritual itu tidak dipergelarkan. Anak-anak Turki tampak berkumpul di sudut-sudut taman, mendengarkan dengan seksama penjelasan guru-guru mereka. Sejumlah orang asing, dari negara Islam ataupun bukan, pun asyik mendengarkan riwayat Rumi dari para pemandu wisata mereka.

Sesaat akan memasuki ruang utama makam, pengunjung berada pada sebuah ruangan yang biasa dipakai para sufi untuk membaca Alquran. Sejumlah karya kaligrafi terkemuka ditampilkan di ruangan ini. Di sini pula dipamerkan manuskrip-manuskrip Rumi dan berbagai artefak yang berkaitan dengan kegiatan tasawufnya.

Pada ruangan makam, di bagian kanan, terdapat 55 makam dari keluarga dan pengikut Rumi. Tepat di bawah sebuah atap kerucut hijau, terdapat dua makam dari marmer biru. Itulah makam Rumi dan anaknya, Sultan Walad. Kedua makam dibuat pada masa pemerintahan Sultan Sulaiman. Orang-orang tampak menengadahkan tangan, berdoa bagi sang ‘Maulana’.

Makam bermarmer biru itu tidak telanjang, tapi ditutupi kain yang berhiaskan ayat-ayat suci Alquran dalam bordiran benang emas. Kain itu merupakan hadiah dari Sultan Abdulhamid II pada 1894. Masih terhubung dengan ruangan makam, terdapat pula Samaahane. Secara resmi, sebagai bagian dari kegiatan tasawuf, di sinilah tarian Samaa ditampilkan. Pada ruangan yang sama, disediakan pula tempat untuk para pemusik. Saat ini, sejumlah alat musik yang biasa dipakai pada tarian Samaa, dipamerkan di ruangan itu, antara lain berupa rebab dan tambur.

Juga beberapa pakaian Rumi disimpan di ruangan yang sama. Bangunan makam Rumi kini juga dilengkapi masjid kecil yang dibangun Sultan Sulaiman. Sejumlah karya kaligrafi bernilai tinggi juga tersimpan di masjid kecil ini.

Di masjid yang sama terdapat pula karpet sutra — karya khas Turki yang terkenal. Salah satu karpet itu dibuat dengan kepadatan 144 titik benang setiap senti. Meski tak jelas nilai pastinya, konon karpet itu adalah salah satu karpet termahal di dunia.
Redaktur: M Irwan Ariefyanto
Sumber: republika

Melihat Jejak-jejak Rumi di Konya (II)
Selasa, 20 Maret 2012 01:10 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, oleh: Arys Hilman Nugraha
Orang-orang memanggil pujangga besar itu dengan nama Maulana (Tuanku). Dia lahir pada 1207 di Balkh, Afghanistan –dan karena asal-usulnya itu, orang-orang Afghanistan lebih suka menyebut Jalaluddin Rumi dengan nama Balkhi.

Ayah Rumi, Bahauddin Walad, adalah seorang sufi terkemuka di Balkh. Namun untuk menghindari invasi bangsa Mongol, pada 1220 Bahauddin memutuskan untuk membawa hijrah keluarganya. Mereka hijrah melalui Iran dan Syria, di mana Rumi sempat mempelajari sejarah dan literatur Arab.

Mereka kemudian menuju Anatolia, kawasan yang tak tersentuh bangsa Mongol, dan menetap di Laranda (sekarang bernama Karaman) pada 1221. Selama tujuh tahun, keluarga Bahauddin tinggal di sana dan membina hubungan erat dengan Sultan Seljuk, Alauddin Kaykobad.

Di kota yang sama, Rumi menikah pada 1225, dan anak pertamanya yang kemudian hari jadi penyair terkenal juga, Sultan Walad, lahir setahun kemudian. Tahun ketujuh di Anatolia, Sultan Seljuk mengajak keluarga Bahauddin tinggal di Konya. kemudian mengajaknya tinggal di Konya. Bahauddin menerima undangan sultan itu, dia menjadi guru di Konya pada 1228 hingga meninggal pada 1231.

Rumi kemudian mengambil alih sekolah ayahnya dan dengan segera membuatnya jadi sekolah dengan reputasi tinggi di Konya. Rumi mulai memperkenalkan seluruh aspek filsafat dalam pendidikannya dan mengajarkan karya-karya pengarang klasik dunia.

Pendalaman tasawuf ia mulai ketika kawan seperguruan ayahnya, Burhanuddin Muhaqqiq, tiba di Konya pada penghujung 1230-an dan memperkenalkannya pada sufisme dan idea-idea ayahnya. Rumi pun mempelajari karya-karya sastrawan Persia Hakim Sanai dari Ghazna.

Penghindaran atas serdadu Mongol akhirnya sia-sia. Pada 1235, Anatolia diduduki balatentara dari timur itu. Suasana menjadi kacau balu dan penuh ketidakpastian. Namun pada masa itulah, sekitar 1244, Rumi bertemu Shamsuddin Tabriz yang mengubah jalan hidupnya.

Diskusi-diskusi tasawuf segera terjalin antarkeduanya. Konon, kedua sufi bisa menghabiskan waktu berhari-hari berdua tanpa makan, minum, atau kebutuhan jasmani lainnya. Diskusi-diskusi itu membawa Rumi ke dalam dunia cinta mistis. Namun hubungan dengan Shams akhirnya juga menimbulkan kecemburuan pada para pengikutnya, karena dia mulai meninggalkan perguruannya dan jarang muncul di muka umum.

Shams akhirnya meninggalkan Konya. Dan dalam keterpisahan itu, Rumi berubah haluan menciptakan puisi yang melantunkan rasa cinta, dengan diwarnai tarian berputar dan alunan musik. Rumi sendiri mengaku tak memahami perubahan pada dirinya. Ia mengatakan, jiwa yang dicintainyalah yang membuatkannya lagu, bukan dia sendiri.

Ketika mendengar Shams berada di Damaskus, Rumi segera menyuruh anak sulungnya, Sultan Walad, untuk mengajaknya kembali ke Konya. Rumi kemudian menjodohkan Shams dengan salah seorang anak angkatnya dan mereka tinggal bersamanya.

Kembali percakapan spiritual yang intens mereka jalani. Dan kembali kecemburuan menyeruak di kalangan pengikut Rumi. Lalu Shams menghilang secara misterius pada 1248, seperti saat kedatangannya pertama kali. Ada dugaan, Shams dibunuh para pecemburunya. Tapi Rumi tak pernah mempercayai itu, dan terus mencarinya.

Perasaan damai baru muncul setelah Rumi bertemu Salahuddin, seorang perajin emas yang buta huruf. Salahuddin menjadi cerminan diri Rumi: dalam kesederhanaan yang tulus, dia memahami Rumi tanpa perlu bertanya. Salahuddin menjadi inspirator kedua karya-karya Rumi setelah Shams. Dan untuk menguatkan ikatan persahabatan mereka, Rumi menikahkan Sultan Walad kepada anak perempuan Salahuddin. Surat-surat Rumi kepada menantunya kemudian menunjukkan nilai kemanusiaan yang indah dari Rumi.

Sumber inspirasi ketiga dari karya Rumi adalah Husamuddin Jalabi. Persahabatan Rumi dengannya antara lain menghasilkan karya terbesarnya, Masnawi-i Ma’nawi, berupa kumpulan 25.600 puisi dalam enam jilid buku. Kumpulan tersebut berisi pengalaman-pengalaman ekstatisnya dalam bentuk inkonvensional yang hingga kini masih sulit dipahami para analis barat.

Rumi wafat pada 17 Desember 1273. Kematian sang mahaguru itu ditangisi tidak hanya oleh warga muslim Konya, tapi juga banyak orang Kristen dan Yahudi. Rumi sendiri, sebelum wafat, berkata, ”Kematian adalah penyatuan diri dengan Tuhan.”

Putranya, Sultan Walad, melanjutkan pekerjaan Husamuddin mengumpulkan karya-karya Rumi. Walad juga menghimpun para pengikut Rumi ke dalam sebuah tarekat Mevlevi. Dia juga menggenapkan tarian mistis Rumi ke dalam bentuk yang bisa dinikmati kini, dengan nama Samaa, yang dikenal di Barat sebagai Whirling Dervishes.

Karya-karya Rumi bisa dipisahkan pada dua bagian: puisi liris yang lahir dalam masa persahabatannya dengan Shams dan terkumpul pada lebih dari 36 ribu puisi yang disebut Diwani- Shams-i Tabriz, dan suatu didaktik Masnawi-i Ma’nawi dengan jumlah sekitar 25.600 puisi, ditulis dalam bentuk bersahaja, namun hingga kini masih sulit dipahami para peminatnya.

Whirling Dervishes Tarian terkenal itu, dalam fungsi ritualnya dan bukan pariwisata, biasanya dipergelarkan di ruangan yang disebut Samaahane. Inilah tarian yang melambangkan penyatuan mistis dengan Tuhan dan pencapaian kesempurnaan tertinggi.

Para sufi yang terlibat dalam tarian ini biasanya mengenakan jubah putih — sebuah perlambang warna pakaian kematian (kain kafan) dalam Islam. Pada awal tarian, pakaian putih ini diselubungi jubah hitam, yang melambangkan pusara. Mereka pun mengenakan tutup kepala yang tinggi dan bundar, berwarna coklat atau putih, memperlambangkan batu nisan mereka.

Tarian berawal dengan gerak para sufi mencium tangan pimpinan mereka. Kemudian mereka menanggalkan jubah hitam sebagai perlambang pemisahan mereka dari pusara da kesiapan untuk menari bagi Tuhan. Mereka mulai berputar secara perlahan. Tangan kanan dengan telapak menghadap ke atas di muka sedangkan di belakang tangan kiri dengan menghadap ke bawah. Itulah simbol bahwa apa yang mereka dapatkan dari kemurahan dan kasih sayang Tuhan mereka sebarkan ke seluruh semesta.

Lalu mereka berputar kian cepat, dan terus kian cepat. Dan lewat tarian itulah, para sufi mencapai suatu trance yang terkendali untuk mencapai dan menyentuh puncak kesempurnaan: penyatuan diri dengan Tuhan. Sejak Rumi memperkenalkannya dan Sultan Walad mengembangkannya, kegiatan kelompok tarekat Rumi segera menyebar ke seluruh Turki. Pengaruhnya menyentuh bermacam bidang kebudayaan, terutama musik dan puisi.

Bapak sekularisme Turki, Musthafa Kemal, kemudian melarang kegiatan itu pada 1925. Namun sejak 1954, ulang tahun kematian Rumi kembali diperingati di Konya dan tarian Samaa melanglangbuana sebagai atraksi wisata. Rumi, bagi para pengamat Barat, bukanlah orang yang cukup peduli kepada alasan perbuatan. Dia, menurut mereka, adalah sosok sebaliknya yang lebih mendasarkan diri pada rasa cinta dan kasih sayang.

Keinginan Rumi hanyalah menyatu dengan Tuhan. Dan menurutnya, Tuhan bukan menjelma dalam alam semesta melainkan dalam hati manusia. Karena itu, menurut Rumi, manusia lebih cenderung menggunakan hatinya dalam berbuat daripada berdasarkan pikiran.

Redaktur: M Irwan Ariefyanto
Sumber: republika

Siapakah Bangsa Uighur?
Minggu, 18 Maret 2012 07:10 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, Bangsa Uighur adalah keturunan klan Turki yang hidup di Asia Tengah, terutama di propinsi Cina, Xinjiang. Namun, sejarah etnis Uighur menyebut daerahnya itu Uighuristan atau Turkestan Timur.

Menurut sejarah, bangsa Uighur merdeka telah tinggal di Uighuristan lebih dari 2.000 tahun. Tapi Cina mengklaim daerah itu warisan sejarahnya, dan oleh karenanya tak dapat dipisahkan dari Cina. Orang Uighur percaya, fakta sejarah menunjukkan klaim Cina tidak berdasar dan sengaja menginterpretasikan sejarah secara salah, untuk kepentingan ekspansi wilayahnya.

Uighuristan merupakan tanah subur 1.500 mil dari Beijing, dengan luas 1.6 juta km2 — hampir 1/6 wilayah Cina. Dan Xinjiang adalah provinsi terbesar di Cina. Di utara, tanah Uighur berbatasan dengan Kazakstan; Mongolia di timurlaut; Kirghiztan dan Tajikistan di baratlaut; dan dengan Afghanistan-Pakistan di baratdaya.

Keturunan-keturunan klan Turki di Asia Tengah memiliki asal, bahasa, tradisi dan kebudayaan dan agama yang sama. Tahun 1924, rezim bolshevik Rusia, Joseph Stalin, membagi etnis ini menjadi Uighur, Kazakh, Lyrgyz, Ubzek, Turkmen, Bashkir dan Tatar — dalam konferensi etnik dan pembagian negara di Tashkent, Uzbekistan.

Tahun 1949, 96 persen penduduk Xinjiang adalah klan Turki. Namun, sensus Cina terakhir menyebutkan kini hanya ada 7,2 juta Uighur dari 15 juta warga Xinjiang. Selain itu ada etnis Kazakh (1 juta), Kyrgyz (150 ribu), dan Tatar (5 ribu). Para tokoh Uighur percaya jumlah mereka di sana 15 juta. Selain itu, kini di Xinjiang tinggal juga etnis ras Asia: Han-Cina, Manhcu, Huis, dan Mongol.

Di luar Uighuristan diperkirakan ada 5 juta Uighur di Turkistan Barat, kini masuk negara-negara pecahan Uni Soviet: Kazaktstan, Uzbekistan, Turkmenistan dan Tajikistan. Selain itu, 75 ribu Uighur tinggal di Pakistan, Afgahnistan, Saudia Arabia, Turki, Eropa dan Amerika Serikat.

Orang Uighur berbeda ras dengan Cina-Han. Mereka lebih mirip orang Eropa Kaukasus, sedang Han mirip orang Asia. Bangsa Uighur memiliki sejarah lebih dari 4.000 tahun. Sepanjang itu, mereka telah mengembangkan kebudayan uniknya, sistem masyarakat, dan banyak menyumbang dalam peradaban dunia.

Di awal abad ke-20, melalui ekspedisi keilmuan dan arkelogis di wilayah Jalur Sutra, di Uighuristan ditemukan peninggalan kuno bangsa Uighur berupa candi-candi, reruntuhan biara, lukisan dinding, dan barang-barang lainnya, juga buku dan dokumen.

Penjelajah Eropa, Amerika, bahkan Jepang sangat kagum terhadap kekayaan sejarah di daerah itu. Dan laporan-laporan merekalah yang mengundang kedatangan orang luar ke sana. Saat ini, peninggalan peradaban Uighur banyak tersimpan di museum Berlin, London, Paris, Tokyo, Leningrad, dan Musium Islam di New Delhi, India.

Berabad-abad lalu, Uighur telah menggunakan skrip tulisan. Saat bersatu di bawah Kerajaan Uighur-Kok Turk abad ke-6 dan ke-7, mereka menggunakan tulisan Orkhun, yang lalu diadposi menjadi tulisan Uighur.

Tulisan ini digunakan hampir 800 tahun, tidak hanya oleh bangsa Uighur tapi juga oleh suku-suku klan Turki lainnya, oleh orang Mongol (saat kekaisaran Genghis Khan), oleh orang Manchu (terutama pada masa awal Manchu mulai menguasai Cina). Setelah memeluk Islam di abad ke-10, Uighur menyerap alpabet Arab.

Sejak dulu, banyak orang Uighur menjadi pengajar di kekaisaran Cina, menjadi duta besar di Roma, Istambul, Baghdad. Kebanyakan karya sastra awal keberadaan Uighur diterjemahkan ke teks agama Budha dan Manichean. Namun ada juga karya naratif, puisi dan epik yang telah diterjemahkan ke bahasa Jerman, Inggris dan Rusia.

Walau telah memeluk Islam, dominasi kebudayan Uighur asli tetap bertahan di Asia Tengah. Malah dengan masuknya Islam, karya sastra dan ilmu Uighur semakin berkembang. Beberapa karya sastra yang terkenal misalnya Kutatku bilik karya Yusuf Has Najib (1069-1070), Divani Lugarit Turk oleh Mahmud Kashari, dan Atabetul Hakayik oleh Ahmet Yukneki.

Bangsa Uighur juga dikenal ahli pengobatan. Zaman Dinasti Sung (906-960), seorang ahli obat-obatan Uighur bernama Nanto mengembara ke Cina. Ia membawa berbagai jenis obat yang saat itu belum dikenal di Cina. Bangsa ini pada masa itu itu telah mengenal 103 tumbuan obat — dicatat dalam buku obat-obatan Cina oleh Shi-zhen Li (1518-1593). Bahkan sebagian ahli barat percaya akupuntur bukan asli milik orang Cina, tapi awalnya dikembangkan Uighur.

Orang Uighur juga memiliki kemampuan arsitektur, musik, seni dan lukisan yang tinggi. Mereka bahkan telah bisa mencetak buku berabad-abad sebelum ditemui oleh Gutenberg. Pada abad pertengahan, karya sasta, teater, musik dan lukisan sastrawan Cina juga sangat dipengaruhi Uighur.

Yen-de Wang, seorang dutabesar Cina (981-984) untuk kerajaan Kharakhoja-Uighur menulis dalam biografinya: ”Saya sangat terkesan dengan tinggi peradaban di kerajaan Uighur. Keindahan candi-candinya, biara, lukisan dinding, patung, menara-menara, kebun, rumah-rumah dan istana-istana di seluruh negeri tak dapat digambarkan dengan kata-kata. Bangsaa Uighur sangat ahli dalam kerajian emas dan perak, dan tembikar. Orang berkata Tuhan telah mewariskan keahlian-Nya hanya pada bangsa ini.”

Sebelum masuknya Islam, Uighur menganut Shamanian, Budha dan Manicheism. Saat ini, bisa dilacak candi yang dikenal sebagai Ming Oy (Seribu Budha) di Ughuristan. Reruntuhannya ditemui di kota Kucha, Turfan dan Dunhuang, dulunya tempat tinggal orang Kanchou-Uighur.

Orang Uighur memeluk Islam sejak tahun 934, saat pemerintahan Satuk Bughra Khan, pengusaha Kharanid. Saat itu, 300 masjid megah dibangun di kota Kashgar. Islam lalu berkembangan dan menjadi satu-satunya agama orang Uighur di Uighuristan.

Masjid-masjid yang megah karya bangsa Uighur contohnya Azna (dibangun abad ke-12), Idgah (abad ke-15) dan Appak Khoja (abad ke-18). Pada masa kejayaan itu di Kashgar saja telah ada 18 madrasah besar dengan lebih 2.000 siswa baru yang masuk pertahunnya.

Selain agama, di madrasah-madrasah inilah anak Uighur belajar membaca, menulis, logika, aritmatik, geometri, etik, astronomy, tibb (pengobatan), pertanian. Pada abad ke-15 di kota ini telah ada perpustakaan dengan koleksi 200 ratus ribu buku. Orang Uighur juga telah mengenal pertanian semiintensif sejak 200 SM. Pada abat ke-7 pertanian mereka semakin berkembang dengan menaman jagung, gandum, kentang, kacang tanah, anggut, melon dan kapas.

Mereka juga telah mengembangkan sistem irigasi (kariz) untuk mengalirkan air dari sumber yang jauh dari lahan pertanian. Satu sistem irigasi kuno ini masih bisa dilihat di kota Turfan. Boleh dikatakan, kebudayaan Uighur mendominasi Asia Tengah sepanjang 1.000 tahun sebelum bangsa ini ditaklukan penguasa Manchu yang memerintah di Cina.

Redaktur: M Irwan Ariefyanto
Reporter: yoebal ganesha

Tak Pernah Menyerah Berdoa
Kamis, 08 Maret 2012 11:49 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, Allah SWT menegaskan dalam Alquran,“Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan doamu.”

Dalam ayat yang lain lain Allah SWT mengemukakan,“Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, katakanlah Aku ini dekat, Aku mengabulkan doa apabila mereka berdoa kepada-Ku…”

Namun, banyak orang yang malas berdoa. Atau, kalaupun berdoa, dia sering tidak yakin. Apalagi bila ternyata setelah dia berdoa, apa yang dia minta tidak langsung Allah kabulkan, atau Allah memberikan yang lain, bukan seperti yang dia minta.

Buku yang ditulis berdasarkan kisah nyata ini mengajarkan kepada kita agar tidak pernah lelah berdoa. Setelah melalui perjuangan berliku dan tidak pernah menyerah berdoa, mereka akhirnya sampai pada kesadaran bahwa Tuhan memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan.

Buku refleksi personal penulisnya atas berbagai persoalan hidup dengan mengutamakan kekuatan doa ini memaparkan, ketika kita mohon kepada Tuhan kekuatan, Dia memberi kita kesulitan agar kita menjadi kuat; ketika kita minta pada Tuhan kebijaksanaan, Dia dia memberi kita masalah untuk dipecahkan; ketika kita memohon pada Tuhan kesejahteraan, Dia memberi kita akal untuk berpikir; ketika kita minta kepada Tuhan keberanian, Dia memberi kita kondisi bahasa untuk kita atasi; ketika kita minta pada Tuhan sebuah cinta, Dia memberi kita orang-orang bermasalah untuk kita tolong; ketika kita minta pada Tuhan bantuan, Dia memberi kita kesempatan.

Ditulis dengan bahasa sehari-hari, bahkan bahasa gaul, sekaligus disisipi kutipan-kutipan cerdas dari penulis terkenal, petikan ayat-ayat Alquran dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, membuat buku ini sangat inspiring.

Lihat saja judul bab-babnya yang menggelitik: Prolog: Tuhan Capek Dehhhh!; Bab 1 (Doyan Susah); Bab 2 (Apa ini apa itu); Bab 3 (Belajar dari Siti Hajar); Bab 4 (Telunjuk wasiat); Bab 5 (Arti persahabatan); Bab 6 (Peluang itu datang lagi); dan ditutup dengan Epilog (Meneladani para kekasih Tuhan si Pecinta Doa). Salah satu inti buku ini adalah sebuah pelajaran berharga, bahwa “Tuhan memang tidak pernah kehabisan akal untuk memperlihatkan kebesaran-Nya.” (hlm 26)

Buku ini sangat perlu dibaca oleh siapa saja yang ingin meraih hidup dan menikmati hidup lebih baik. Seperti testimony Ratna Megawangi PhD, founder Indonesia Heritage Foundation, “Buku yang pantas dibaca siapa saja yang ingin menjadikan dirinya lebih baik dari waktu ke waktu dengan kekuatan doa.”

Judul buku : Kisah Pencinta Doa
Penulis : Chichi Sukardjo
Penerbit : Mybook Al-Mawardi
Cetakan : I, Juli 2011
Tebal : 182 hlm

Keutamaan 66 Sahabat Nabi
Rabu, 07 Maret 2012 13:12 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, Para sahabat Nabi SAW adalah suri teladan yang telah mencerminkan segala akhlak dan cita-cita luhur Nabi SAW.
Mereka telah memberikan teladan terbaik bagi kita dengan akhlak mereka yang mulia dan perilaku yang luhur, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rasulullah SAW.

Mereka senantiasa memerhatikan semua perbuatan Nabi SAW. Mereka lantas mengikutinya sesuai kadar kemampuan yang mereka miliki sebagai manusia biasa.
Allah SWT telah mengaruniai mereka kemampuan yang sangat luas, sehingga mereka dapat menjadi suri teladan bagi orang-orang yang ingin mengingat Allah SWT dan takut kepada-Nya.

Para sahabat yang selalu menemani dan menyertai Rasulullah SAW telah mendapatkan perhatian yang sangat khusus dari beliau. Mereka diajari etika Islam, dididik seluruh cabang iman, dipersiapkan untuk mengemban dakwah sepeninggal beliau, dan didoakan agar senantiasa mendapatkan kebaikan. Kemudian setelah itu, beliau wafat dalam keadaan ridha terhadap mereka, dan berpesan kepada selanjutnya, agar senantiasa mengikuti jejak mereka.

Oleh karena itu, sangat penting membaca, merenungkan, dan mengambil pelajaran yang terkandung dalam kehidupan para sahabat Rasulullah SAW tersebut. Buku ini memuat keutamaan-keutamaan 66 sahabat Rasulullah SAW. Jilid pertama mencakup empat khulafaur rasyidin (Abu Bakar, Umar bin Khathab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib), Zaid bin Haritsah, Usamah bin Zaid, Abdurrahman bin Auf, Ammar bin Yasir Sa’ad bin Muadz, Abdullah bin Mas’ud, Abu Dzar Al-Ghiffari, hingga Saman Al-Farisi.

Jilid kedua juga memuat 33 sahabat, mulai dari Hamzah bin Abdul Muthalib “Sang Penghulu Syuhada”, Abdullah bin Umar, Anas bin Malik, Abu Darda’, Muadz bin Jabal, Hudzaifah ibnu Yaman, Khalid bin Walid, Hasan bin Ali, hingga Husein bin Ali ‘Sang Pemimpin Para Pemuda di Surga’.

Ada begitu banyak sisi kehidupan para sahabat tersebut. Namun penulis berusaha membatasi pada sisi-sisi yang sangat dibutuhkan dan penting saja, tidak secara rinci. Hal itu untuk menghindari rasa jemu dan bosan.

Membaca kisah hidup dan perjuangan para sahabat Rasulullah SAW sangat berguna, dan merupakan salah satu jalan untuk mendapatkan petunjuk (hidayah) Allah SWT. Seperti ditegaskan oleh Rasulullah SAW, “Para sahabatku laksana bintang gemintang. Siapa pun dari mereka yang kalian ikuti, niscaya kalian akan mendapatkan hidayah.”

Judul buku : Mengagumkan 66 Orang yang Dicintai Rasul Jilid 1 dan 2
Penulis : Prof Dr Muhammad Bakar Isma’il
Penerbit : Al-Qalam
Cetakan : I, 2011

Ayo Sempurnakan Wudhu
Selasa, 28 Pebruari 2012 13:40 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, Terkait dengan ibadah shalat maupun membaca Alquran, ada satu hal yang sangat penting dilakukan oleh kaum Muslimin, yakni wudhu.

Namun sayangnya, kalau kita perhatikan, masih banyak orang Islam yang asal-asalan dalam berwudhu. Boleh jadi, bahkan banyak yang tidak sempurna wudhunya. Misalnya membasuh tagan tidak sampai ke siku, atau membasuh kaki tapi air tidak masuk ke dalam jari-jari kaki. Padahal, kesempurnaan wudhu merupakan syarat sahnya shalat.

Nah, agar wudhu tersebut sempurna, harus sesuai dengan ajaran Alquran dan Sunnah Rasulullah SAW. Bila wudhu tersebut dikerjakan dengan sempurna, tidak hanya pahala dan sahnya shalat yang didapat, tetapi banyak hikmah kesehatan yang bisa diperoleh.

Buku ini mengupas rahasia di balik ibadah wudhu. Penulis mengutip berbagai hasil penelitian di Barat dan Timur, penulis memaparkan bahwa wudhu mempunyai banyak sekali khasiat terhadap kesehatan seseorang. Baik mencegah datangnya penyakit maupun mengobati penyakit.

Misalnya, wudhu bisa mengembalikan tubuh yang lemah menjadi kuat, mengurangi kekejangan saraf-saraf, dan otot akan menjadi lebih rileks. Selain itu, mengurangi detak jantung dan nyeri-nyeri otot, serta menghilangkan kecemasan, dan insomnia.

Berkumur-kumur saat wudhu membersihkan kuman-kuman yang ada dalam rongga mulut, sekaligus menyegarkan berbagai organ yang ada di wajah. Wudhu juga bisa mencegah kanker kulit. Wudhu juga berkhasiat menghilangkan berbagai penyakit, seperti kanker, flu, pilek, asam urat, rematik, sakit kepala, telinga, pegal, linu, mata, sakit gigi dan sebagainya.

Pendek kata, tegas penulis, wudhu adalah ibadah yang ringan, namun khasiatnya luar biasa. Karena itu, ayo sempurnakan wudhu kita. Buku tipis halamannya namun tebal manfaatnya itu perlu dibaca oleh semua kalangan umat Islam.

Judul buku : Sehat dengan Wudhu
Penulis : Syahruddin El-Fikri
Penerbit : Al-Mawardi Prima
Cetakan : I, Mei 2011
Tebal : 124 hlm

Mengelola Tadarus Keluarga
Jumat, 24 Pebruari 2012 13:10 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, Semua Muslim tahu bahwa Alquran akan memberikan manfaat dan keutamaan yang besar bagi mereka yang mau membacanya.

Namun, hanya sedikit di antara mereka yang mengerti bahwa manfaat dan keutamaan tersebut akan semakin besar manakala Alquran dibaca, ditelaah, dan kemudian dimengerti melalui kegiatan tadarus keluarga.

Tadarus keluarga adalah sebuah kegiatan yang dimaksudkan sebagai media bagi anggota keluarga untuk mempelajari Alquran, mulai dari membaca, menulis, menerjemahkan, menghapalkan, memahami, hingga memprraktikkan ayat-ayatnya.

Dengan adanya sistem tadarus keluarga, kendala umat Islam dalam meningkatkan kemampuan baca tulis Alquran akan terpecahkan.

Buku yang ditulis oleh dosen, dai, dan pembina Pondok Pesantren Tahfizul Quran ‘Griya Quran’ di Juwiring, Klaten, dan Sambi, Boyalali, Jawa Tengah ini mengupas kiat dan hikmah mengelola tadarus Alquran yang dilakukan bersama-sama oleh seluruh anggota keluga (suami, istri, anak) atau disebut tadarus keluarga.

Penulis menegaskan bahwa tadarus Alquran itu tidak hanya sekadar membaca Alquran secara bersama-sama, seperti yang dipahami umumnya kaum Muslimin dewasa ini.

Makna tadarus meliputi belajar membaca, belajar mamahami kandngan ayat, dan belajar bagaimana menerapkan seruan suatu ayat Alquran (hlm 8). “Metode yang mereka (para sahabat Rasulullah SAW) gunakan dalam belajar Alquran adalah membaca, mempelajari maknanya, dan mengamalkan kandungannya.” (hlm 10).

Penulis menambahkan, “Dengan makna ini, kita bisa menyimpulkan bahwa tadarus tidak dibatasi di masjid-masjid atau pada bulan Ramadhan saja. Tadarus bisa diadakan di sekolah, kantor, dan bahkan di rumah. Di samping itu, tadarus bisa dilakukan setiap hari, bukan hanya pada hari-hari di bulan suci Ramadhan saja.” (hlm 11).

Salah satu yang ditekankan oleh penulis adalah pentingnya tadarus keluarga yang bisa disesuaikan waktunya sesuai dengan situasi dan kondisi keluarga tersebut masing-masing. Dalam buku ini penulis mencontohkan ia bersama istri dan anak-anaknya biasa melakukan tadarus keluarga selepas shalat Subuh.

Penulis juga menegaskan bahwa tadarus keluarga merupakan salah satu wasilah (jalan) untuk menciptakan keluarga sakinah mawaddah wa rahmah (damai, penuh cinta dan kasih sayang).

Buku ini dibagi menjadi tujuh bab. Dimulai dengan selayang padang tadarus Alquran, manfaat dan keutamaan tadarus keluarga, sakinah dengan tadarus Alquran, lebih dekat dengan Alquran, tips mengelola tadarus keluarga, tadarus Alquran tingkat lanjut, dan kiat-kiat agar tadarus Alquran lebih berkesan. Buku ini sangat menginspirasi kaum Muslimin untuk memasyarakatkan tadarus keluarga.

Judul buku : Bacalah Alquran! Agar Keluarga Selalu Dilindungi Allah
Pemulis : Irfan Supandi
Penerbit : Qultum Media
Cetakan : I, Juli 2011
Tebal : xii+192 hlm

Bekal Sehat ke Tanah Suci
Rabu, 22 Pebruari 2012 12:58 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, Untuk berhaji, seorang Muslim harus mampu dalam segi fsik (istitha’ah badaniyah), materi (istitha’ah maliyah) dan keamanan (istitha’ah amniyah). Mampu secara materi dan keamanan, insya Allah tidak ada kendala yang berarti.

Namun, yang justru yang perlu mendapatkan perhatian lebih adalah mampu fisik. Sebab, fakta menunjukkan tingginya angka kesakitan dan kematian jamaah selama berhaji.

Hal yang perlu disadari oleh setiap calon jamaah haji (juga jamaah umrah) adalah aktivitas ibadah haji (juga ibadah umrah) mayoritas melibatkan fisik. Aktivitas fisik itu terutama pada saat kegiatan tawaf, sa’i, wukuf, dan melontar jumrah. Kegiatan ritual tersebut memerlukan ketahanan fisik yang cukup prima.

Selain itu, untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain, jamaah haji tidak selalu bisa mengandalkan sarana transportasi umum karena adanya kendala kemacetan. Sebagai alternatif, jamaah dapat menempuhnya dengan berjalan kaki. Karena itu, mampu fisik sangat penting bagi calon jamaah haji, bahkan menjadi syarat utama bagi mereka yang berkeinginan melaksanakan ibadah haji ke Tanah Suci.

Buku yang berasal dari disertasi penulisnya di Fakultas Kedokteran UI ini memaparkan rahasia bugar sehat saat berhaji dan umrah. Penulis menegaskan, semestinya, selain mempersiapkan ilmu amalan/doa manasik haji, kemampuan fisik jamaah juga perlu dipersiapkan agar ia mampu beradaptasi dengan kondisi di Tanah Suci, yang berbeda dengan Indonesia.

Menurutnya, sejak dari registrasi, deteksi riwayat kesehatan calon jamaah haji harus dilakukan agar penyelenggara ibadah haji (pemerintah atau pihak berwenang) mengerti karakter kesehatannya. Misalnya, ada calon jamaah haji yang mengidap gangguan ginjal, ada yang mengidap diabetes, dan ada juga yang memiliki penyakit dengan risiko tinggi karena tergolong sudah manula.

Untuk memahami riwayat kesehatannya, mereka (para calon jamaah haji) itu diharapkan mau mengikuti serangkaia tes kemampuan fungsional. Tes yang paling sederhana adalah dengan meminta mereka melakukan tes berjalan kaki dalam hitungan waktu tertentu. Penulis menyebutnya dengan “Test Berjalan 6 Menit”. Ini tes yang menggabungkan pengamatan kemampuan berjalan seseorang dengan menghitung denyut nadinya.

Penulis juga menekankan pentingnya perubahan paradigma persiapan calon jamaah haji. Kalau sebelumnya 70 persen manasik ibadah dan 30 persen fisik, maka kini harus dibalik menjadi 70 persen fisik dan 30 perse manasik ibadah.

Secara keseluruhan, buku ini terdiri dari lima bagian. Bagian pertama mengupas ibadah haji dan umrah, napak tipas aktivitas Nabi, disusul bagian kedua tentang ibadah fisik (ini ibadah, bukan berwisata). Dan bagian ketiga yang menekankan mampu fisik (sehat badan) itu sebagai hal yang mutlak diperlukan. Bagian keempat menjelaskan bahwa rahasia kesehatan tersebut ada di kaki. Sementara bagian kelima menekankan tentang pentingnya persiapan fisik agar bugar dan sehat sejak di Tanah Air. Untuk itu perlu berlatih kontinyu.

Buku sangat perlu dibaca oleh para pembuat kebijakan, praktisi dan pemerhati masalah perhajian di Indonesia.

Judul buku : Rahasia Bugar Sehat Saat Berhaji & Umrah
Penulis : Dr dr H Syarief Hasan Lutfie Sp KFR
Penerbit : Tinta Medina
Cetakan : I, Juli 2011
Tebal : xxx+146 hlm

“Zammilunie… Zammilunie…”
Kamis, 15 Maret 2012 22:35 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Rizqo Kamil Ibrahim *

“Zammilunie, zammilunie! (Selimutilah aku, selimutilah aku),” pinta Rasululullah SAW kepada sang kekasih Khadijah binti Khuwailid.

Adrenalin yang tidak karuan, ketakutan yang amat sangat, serta gundah-gulana mendera manusia ma’sum yang perkataannya adalah hujjah, Muhammad SAW, tak lama setelah mendapat wahyu dari Allah melalui perantara Malaikat Jibril di Gua Hira.

“Fa zammaluhu hatta dzahaba ‘anhu arrou ‘u”, maka Khadijah segera menyelimuti Rasulullah SAW sampai ketakutannya itu hilang. Betapa salehahnya sang istri menyelimuti suaminya dengan segala kelembutan dan kasih sayang.

Terdapat pelajaran yang menarik dari kalimat di atas yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari itu, bahwasanya ketakutan dapat diringankan bahkan dihilangkan dengan berselimut.

“Laqod Khosyitu ‘ala nafsie, (Sungguh,aku menghawatirkan diriku (akan binasa),” ujar Nabi SAW kepada Khadijah. Dan simaklah bagaimana perkataan seorang wanita salehah yang diciptakan untuk pria yang saleh itu.
“Kalla! wa llahi ma yukhzika ‘llah abadan! (Sekali-kali tidak! Demi Allah! Allah tidak akan merendahkanmu selamanya,” ujar Khadijah.

“Sungguh engkau telah menyambungkan tali persaudaraan, engkau telah memikul beban orang lain, engkau suka mengusahakan keperluan orang yang tak punya, menjamu tamu dan senantiasa membela kebenaran,” tutur Khadijah.

“Ma ajmala hadza alkalam!” Betapa indahnya perkataan ini, motivasi yang menghidupkan hati-hati yang layu, membangkitkan derap langkah yang sempat terhenti,l antas adakah yang lebih indah dari senyuman dan motivasi sang istri dikala gundah? Dan itulah yang dicontohkan oleh wanita salehah yaitu Khadijah binti Khuwailid, istri Nabi SAW yang merupakan sohabiyat (sahabat dari kalangan perempuan)

Para suami bukanlah seorang yang selalu teguh di setiap saat. Ada kalanya saat kelemahan, kelesuan nan gundah melanda, karena begitulah manusia. Berita PHK, dagangan yang kurang laku di pagi hari, penumpang yang tak kunjung datang , marahnya atasan, bawahan yang kurang baik, karya yang tidak dihargai, dakwah haq yang dimusuhi dan pelbagai masalah kerap membuat kepulangan di sore hari menuju rumah dibarengi dengan dagu yang tunduk, ditambah suasana hati yang tidak karuan.

Lantas adakah Khadijah–Khadijah di era globalisasi ini yang akan menenangkan suaminya dengan kata-kata indahnya? Ataukah yang ada hanya ucapan, “suami payah”, “begitu saja tidak bisa”, atau kata “bodoh”, yang akan menyambut hati suami yang galau?

Tentu saja ada. Dan selalu akan ada. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Akan sentiasa ada satu golongan (kelompok) dari umatku yang muncul terang-terangan di atas kebenaran, tidak membahayakan orang-orang yang bermusuhan kepada mereka sehingga tiba urusan Allah dan mereka dalam keadaan demikian”. (H/R Bukhari, 6/632. Muslim, 3/1523)

Dan tentulah yang mendapatkan Istri yang berjalan di atas sunnah (jalan) nabi adalah para suami yang berjalan di atasnya pula. Begitu pula sebaliknya. Suami yang baik akan didapat oleh wanita yang baik.

“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga).” (QS An-Nurr: 26)

Wallahu ta’ala a’lam.

Madinah, 22 Rabi’ul Awwal 1433 H

*Penulis Mahasiswa Universitas Islam Madinah

Pengendalian Diri
Senin, 12 Maret 2012 11:37 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ustaz Cucu Surahman MA

Memperhatikan fenomena yang terjadi akhir-akhir ini, di mana seringnya dikabarkan bentrokan massa, penganiayaan, pemerkosaan, pembunuhan, sampai pada kabar kecelakaan kendaraan bermotor, patutlah kita merenung sejenak. Mengapa hal ini bisa terjadi di tengah masyarakat kita? Sudah tidak adakah kontrol diri di dalam pribadi masing-masing bangsa ini?

Mempertanyakan akan pengendalian diri adalah hal yang sangat penting, mengingat hanya dengan ada pengendalian dirilah seseorang akan dapat mengendalikan hati, pikiran, jiwa, dan raganya sehingga ia akan senantiasa berada dalam keselamatan dan kedamaian. Dan sebaliknya, tanpa adanya pengendalian diri maka seseorang akan mudah terjatuh ke dalam segala bentuk kecelakaan dan kehinaan.

Dalam Islam, derajat tertinggi manusia itu muttaqun (orang yang bertakwa). Kata takwa sendiri dalam arti bahasa adalah wiqayah al-nafs (penjagaan diri), yaitu pengendalian diri dari segala hal yang mencelakakan dan menjerumuskan.

Hal ini tecermin dari satu riwayat yang menceritakan bahwa suatu ketika Khalifah Umar bin Khatab ra bertanya kepada sahabat Ubai Ibnu Ka’ab ra tentang takwa. Maka, berkatalah Ubai kepada Umar, “Pernahkah engkau melewati jalan yang penuh duri?”

“Ya, Pernah,” jawab Umar.

Ubai bertanya lagi, “Apa yang Anda lakukan saat itu?”

Umar menjawab, “Saya akan berjalan dengan sungguh-sungguh dan berhati-hati sekali agar tak terkena duri itu.”

Lalu Ubai berkata, “Itulah takwa,” (Riwayat Ibn Katsir).

Allah SWT memang memberikan dua potensi kepada jiwa manusia, yaitu potensi untuk berbuat baik dan potensi untuk berbuat jahat. Orang yang beruntung dan selamat adalah orang yang mampu menyucikan dirinya dari potensi jahat tersebut. Dalam arti lain, orang tersebut mampu mengendalikan dan menjaga dirinya dari segala macam godaan dan tipu daya setan.

Sebaliknya, sungguh merugi dan celakalah orang yang tidak bisa melepaskan diri dari potensi buruknya dan justru malah mengotorinya dengan berbagai macam dosa dan maksiat. Allah SWT berfirman, “Demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)-nya maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya, sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu) dan sungguh rugi orang yang mengotorinya.” (QS al-Syams: 7-10).

Bentuk-bentuk kejadian yang disebutkan di atas adalah gambaran dari tidak adanya pengendalian diri dari para pelakunya. Seseorang tidak mungkin akan tega menganiaya, memperkosa, atau membunuh orang lain, apa pun alasannya, kalau dia masih bisa mengendalikan dirinya. Dan, ingatlah menahan amarah, memaafkan orang lain, dan berbuat kebaikan di muka bumi adalah ciri orang yang bertakwa dan imbalannya adalah ampunan dan surga-Nya (QS Ali Imran: 133-134).
Redaktur: Heri Ruslan

Mengkaji Kandungan Al-Qur’an dengan Benar
Selasa, 07 Pebruari 2012 15:45 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, Tafsir Al-Qur’anul ‘Azhim atau lebih dikenal dengan sebutan Tafsir Ibnu Katsir, merupakan salah satu kitab tafsir yang paling populer di kalangan umat Islam. Kitab Tafsir ini ditulis oleh Imam Al-Hafiz Ibnu Katsir (wafat 774H ).

Di samping dikenal sebagai ulama terkemuka di bidang tafsir, Ibnu Katsir juga dikenal sebagai imam di bidang hadis, hingga bergelar “Al-Hafiz”. Ia juga sangat menguasai bidang sejarah dan fikih.

Banyak ulama yang memuji keluasan dan kedalaman ilmunya, baik di masa Imam Ibnu Katsir maupun sesudahnya. Hal ini karena Ibnu Katsir menguasai berbagai disiplin ilmu agama. Dan karyanya dalam bidang tafsir, termasuk yang paling unggul.

Satu hal yang menjadi lebih istimewa, kitab tafsir karya Ibnu Katsir ini termasuk dalam kelompok Tafsir bil Ma’tsur. Yakni, karya tafsir yang mengedepankan berbagai hadis Nabi SAW dan riwayat-riwayat lainnya sebagai basis penafsiran ayat Alquran. Berbeda dengan Tafsir bir Ra’yi, yang lebih mengedepankan logika dan pendapat dalam menafsirkan suatu ayat. Karenanya, menurut banyak pihak, Tafsir bil Ma’tsur lebih unggul, sebab sumber penafsirannya bersumber dari Rasulullah SAW dan para sahabatnya.

Rasul SAW adalah orang yang paling mengerti tentang Alquran. Sebab Alquran diturunkan kepada Rasul SAW dan wajib disampaikan kepada umatnya. Sementara para sahabatnya adalah orang-orang yang paling memahami kandungan Alquran, karena mereka menimbanya dari Rasul SAW. Inilah yang menjadi kekuatan dan kelebihan tafsir karya Imam Ibnu Katsir.

Atas berbagai pendapat yang dikemukakan, diberikan tarjih atas masalah tersebut. Terkadang Ibnu Katsir mengomentari kualitas hadis dan periwayatnya. Ini semua karena latar belakang pengetahuannya yang sangat mendalam dalam ilmu hadis. Ibnu Katsir lebih banyak memilih pendapat yang dipandang paling kuat dari segi hukum.

Imam Suyuthi dan Az-Zarqani memuji Tafsir Ibnu Katsir ini. “Belum pernah ada (kitab tafsir) yang ditulis dengan gaya semacam itu,” jelas Suyuthi dan Az-Zarqani. Begitu kuatnya pesona kitab tafsir ini, hingga mengundang minat dan kepedulian para ulama dan akademisi, untuk terus menelitinya kembali.

Tidak heran, jika sampai saat ini banyak sekali versi tafsir Ibnu Katsir. Mulai dari versi aslinya, versi tahqiq dan takhrij (yang diteliti kembali naskah dan derajat hadis yang digunakan, serta diberi catatan kaki oleh penelitinya).

Selain itu, ada juga versi mukhtashar (ringkasan), versi tahdzib (dirapikan kembali susunannya), hingga versi shahih (yang telah dibersihkan dari berbagai riwayat dhaif (lemah).

Di Indonesia, sedikitnya terdapat empat versi yang telah diterbitkan. Dan Shahih Tafsir Ibnu Katsir yang terdiri sembilan jilid oleh Pustaka Ibnu Katsir ini merupakan yang paling baru. Tafsir ini juga dilengkapi dengan index secara terpisah, untuk memudahkan melacak tema-tema yang diinginkan. Disebut dengan Shahih Tafsir Ibnu Katsir, karena hanya diambil hadis-hadis yang benar-benar sahih dan dapat dipertanggungjawabkan kualitasnya.

Karena itu, kitab Tafsir Shahih ini sangat layak dijadikan referensi setiap Muslim dalam memahami kandungan isi Alquran.
Redaktur: Chairul Akhmad
Reporter: Syahruddin El Fikri

Cara Mengubah Perilaku
Selasa, 06 Maret 2012 04:00 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Prof Dr Achmad Satori Ismail

Tugas utama Rasulullah SAW adalah mengubah umat manusia menjadi insan ‘abid, saleh, dan mushlih (mampu melakukan perbaikan). Fokus pembinaannya dalam empat hal, yaitu menanamkan akidah, penyucian jiwa, mengajarkan Alquran dan hadis, serta membina keterampilan umat (QS al-Jumuah: 2).

Beliau telah melakukan tugasnya dengan sempurna sehingga generasi sahabat adalah generasi terbaik sebagaimana disabdakan, “Sebaik-baik abad adalah abad generasiku.’’ (HR Al Bukhari dan Ibnu Hibban). (Lihat QS at-Taubah: 100). Dalam memperbaiki perilaku bangsa Arab jahiliah, Rasulullah menggunakan beberapa cara mujarab.

Pertama, mengokohkan keimanan dan beribadah kepada Allah SWT. Keimanan ini akan menghasilkan ketenangan jiwa dan bertawakal kepada-Nya merupakan sendi untuk menjadikan hidup kita dalam kerangka ibadah kepada-Nya (lihat QS adz-Dariyat 56). Corak kehidupan Muslim seperti ini dijelaskan dalam QS al-An’am ayat 162.

Kedua, menanamkan ketakwaan dan memperbanyak zikrullah. Rasul bersabda, “Bertakwalah kepada Allah di mana pun kamu berada (HR Ahmad dan Turmudzi) dan beliau menjelaskan bahwa tempat takwa adalah hati (HR Muslim). Ketakwaan akan mengingatkan kita saat digoda iblis (QS al-A’raf 201).

Bila ketakwaan sudah menguasai hati, akhlak seseorang akan menjadi sangat mulia. Ketiga, menanamkan keikhlasan dalam semua perbuatan. Allah menegaskan hal ini dalam QS az-Zumar ayat 1 dan al-Bayyinah ayat 5. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya.’’(HR Bukhari).

Beliau juga menyuruh kita agar mewaspadai riya seraya bersabda, “Sesungguhnya yang paling aku takuti pada kamu sekalian adalah syirik kecil. Mereka bertanya, ‘apakah syirik kecil itu?’ Beliau menjawab, ‘riya’.” (HR Ahmad). Keempat, zuhud dan selalu mengingat akhirat.

Rasulullah mengingatkan para sahabat dengan akhirat dan menganjurkan agar merenggangkan diri dari dunia. Beliau bersabda, “Perbanyaklah menyebut penghancur kenikmatan, yakni kematian (HR Turmudzi, Nasa’i, dan Ibnu Majah). Kelima, Rasulullah mendidik para sahabat untuk mencintai ilmu dan mempelajarinya.

Abu Abdurrrahman as-Sulami berkata, “Sahabat-sahabat Nabi yang membacakan Alquran kepada kami meriwayatkan bahwa mereka mempelajari 10 ayat dari Nabi dan belum mengambil 10 ayat yang lainnya sebelum memahami dan mengamalkannya. Lalu mereka berkata, “Kami mengetahui dulu ilmunya, lalu mengamalkannya.’’ ( HR Ahmad dan lainnya).

Keenam, memberikan teladan yang baik dan selalu paling terdepan mempraktikkan akhlak mulia sesuai dengan firman Allah dalam QS al-Ahzab:21 sebagai teladan beliau berada di atas akhlak yang agung (QS al-Qalam: 4). Ketujuh, menanamkan kebebasan dan sikap yang positif.

Nabi bersabda, “Janganlah kamu menjadi orang plinplan lalu berkata, bila manusia baik, maka kami ikut baik, dan bila mereka zalim, kami pun ikut. Akan tetapi, bentengilah dirimu, bila manusia baik, kamu harus berbuat baik, dan bila mereka jahat, janganlah ikuti kejahatan mereka.’’(HR at-Turmudzi).

Kedelapan, memperhatikan kejiwaan orang yang mau diubah dan hal ini dilakukan secara berkesinambungan. Beliau selalu berbicara dengan setiap orang sesuai dengan kondisi mukhothob. Kesembilan, mengikutsertakan orang lain dalam melakukan perubahan dan menyiapkan ahli di bidang tertentu.

Rasulullah pernah bersabda, “Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat.’’ (HR al-Bukhari). Hadis ini menegaskan bahwa kewajiban untuk menyampaikan ajaran Alquran bukan hanya bagi Rasulullah, melainkan setiap Muslim wajib menyampaikannya. Kesepuluh, bervariasi dalam cara mengubah, seperti dengan membuat perumpamaan, bercerita, diskusi, ataupun menggambar agar tidak muncul kebosanan dalam diri para sahabat. Semoga kita bisa meneladani Rasulullah.
Redaktur: Heri Ruslan

Antara Pendeta Buhaira, Kerasulan Muhammad, Injil Kuno, dan Kristen Suriah
Jumat, 02 Maret 2012 15:39 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, Saat Muhammad SAW berusia 12 tahun, Abu Thalib — sang paman — hendak melakukan ekspedisi niaga dari Makkah ke Syam (Suriah). Melihat sang paman akan pergi jauh, Muhammad berkata, “Paman, mengapa kau tak mengajakku? Aku tidak memiliki pelindung selain dirimu.”

Abu Thalib pun tak tega meninggalkan keponakan kesayangannya seorang diri di Makkah. Ia lalu mengangkat tubuh Muhammad dan mendudukkannya di atas hewan tunggangan. Kafilah dagang dari Quraisy pun menempuh perjalanan darat menuju Syam.

Hingga akhirnya, kafilah itu tiba di sebuah tempat pertapaan di Bushra, antara Syam dan Hijaz. Di sana mereka bertemu dengan seorang rahib bernama Buhaira. Sang rahib takjub menyaksikan anak laki-laki yang bernama Muhammad itu.

Betapa tidak, awan selalu bergerak memayungi ke mana pun Muhammad kecil melangkah. Sang rahib pun segera menghampiri calon nabi dan rasul terakhir itu. Buhaira memeriksa sekujur tubuh Muhammad untuk melihat tanda-tanda kenabian yang diterangkan dalam kitab-kitab suci terdahulu.

Ia akhirnya menemukan tanda kenabian itu di punggung Muhammad, di antara kedua pundaknya, lalu ia mencium tanda itu. Menyaksikan tanda-tanda kenabian itu, sang rahib pun berpesan kepada Abu Thalib agar menjaga keponakannya itu dengan hati-hati, karena dia adalah calon rasul yang dinanti umat manusia.

Prediksi Buhaira dari Kota Bushra itu menjadi kenyataan. Ketika menginjak usia 40 tahun, Muhammad memperoleh wahyu saat menyendiri di Gua Hira. Nabi Muhammad menjadi rasul penutup bagi umat manusia yang hidup di akhir zaman.

***

Baru-baru ini, Pemerintah Turki mengumumkan penemuan Injil kuno yang berusia 1500 tahun. Yang mencengangkan, Injil kuno tersebut ternyata memprediksi kedatangan Nabi Muhammad SAW sebagai penerus risalah Isa (Yesus) di bumi.

Menurut mailonline, injil yang ditulis tangan dengan tinta emas itu menggunakan bahasa Aramik. Inilah bahasa yang dipercayai digunakan Yesus sehari-hari. Dan di dalam injil ini dijelaskan ajaran asli Yesus serta prediksi kedatangan penerus kenabian setelah Yesus.

Injil kuno berusia 1.500 tahun ini bersampu kulit hewan, ditemukan polisi Turki selama operasi anti penyeludupan di tahun 2000 lalu. Alkitab kuno ini sekarang di simpan di Museum Etnografi di Ankara, Turki.

Komunitas Kristen Suriah mengklaim kepemilikan injil kuno tersebut. Komunitas itu telah mengirim surat resmi kepada Menteri Kebudayaan Turki, Ertugrul Gunay untuk mengembalikan kitab suci tersebut kepada mereka.

Kepala Budaya Komunitas Kristen Suriah, Sabo Hanna mengatakan, Alkitab bersejarah memiliki makna material yang besar bagi umat Kristiani. “Jika Turki tidak menyerahkannya, maka ia meminta Turki membuka akses bersama dengan membangun museum di distrik Midyat, Suriah,” ujarnya kepada Hurriyet Daily News, Jumat (2/3).

***

Sebenarnya, siapakah Komunitas Kristen Suriah ini? Komunitas Kristen Suriah ini adalah penganut Kristen ortodok di wilayah Arab mulai dari Libanon, Suriah, hingga perbatasan Turki. Penganut Kristen ini telah menggunakan bahasa Aramik sejak awal berdirinya gereja mereka.

Karena itu mereka meyakini injil yang dipamerkan di Turki adalah bagian dari sejarah mereka. “Banyak biara-biara pada awal Kristen di wilayah Suriah di tenggara Turki, telah dijarah oleh Turabidin. Karena itu kami minta agar Injil kuno itu dikembalikan,” Kepala Budaya Komunitas Kristen Suriah, Sabo Hanna kepada Hurriyetdaily, Jumat (2/3).

Kelompok Kristen Suriah ini telah menyebar hingga ke Eropa, kurang lebih delapan perwakilan komunitas ini diseluruh eropa. Kelompok Kristen ini juga menyebar di Asia Kecil dengan kitab teks Yunani dan bahasa Aram. Meski begitu, belum dilakukan penelitian secara mendalam apakah Injil ini benar memiliki keterkaitan dengan Kristen Suriah.
Injil kuno berusia 1500 tahun menjadi perhatian, setelah dipublikasikan oleh pemerintah Turki. Kontroversi injil ini pun muncul, ketika isi dari ajaran injil ini yang meyakini Yesus sebagai Nabi. Dan memprediksi akan kedatangan Nabi Muhammad SAW, setelah Yesus.

Penemuan itu juga bahkan menarik perhatian Vatikan. Pemerintah Turki telah mengkonfirmasi permintaan Paus Benediktus sebagai pemimpin tertinggi Vatikan untuk meneliti injil ini. Diyakini injil berusia 1500 tahun ini adalah manuskrip terakhir dari ajaran Barnabas tentang Keesaan Tuhan dan Kenabian Yesus.

Redaktur: Heri Ruslan
Reporter: Amri Amrullah
Sumber: Hurriyet Daily News

Allah Akbar, Injil Kuno Ini Kabarkan Kedatangan Rasulullah
Senin, 27 Pebruari 2012 15:23 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL — Pemerintah Turki telah mengkonfimasi sebuah injil kuno yang diprediksi berusia 1500 tahun. Injil kuno tersebut ternyata memprediksi kedatangan Nabi Muhammad SAW sebagai penerus risalah Isa (Yesus) di bumi.

Bahkan Alkitab rahasia ini memicu minat yang serius dari Vatikan. Paus Benediktus XVI mengaku ingin melihat buku 1.500 tahun lalu. Sebagian orang memprediksi Injil ini adalah Injil Barnabas, yang telah disembunyikan oleh Turki selama 12 tahun terakhir.

Menurut mailonline, injil yang ditulis tangan dengan tinta emas itu menggunakan bahasa Aramik. Inilah bahasa yang dipercayai digunakan Yesus sehari-hari. Dan di dalam injil ini dijelaskan ajaran asli Yesus serta prediksi kedatangan penerus kenabian setelah Yesus.

Injil kuno berusia 1.500 tahun ini bersampu kulit hewan, ditemukan polisi Turki selama operasi anti penyeludupan di tahun 2000 lalu. Alkitab kuno ini sekarang di simpan di Museum Etnografi di Ankara, Turki.

Sebuah fotokopi satu halaman dari naskah kuno tulisan tangan Injil ini dihargai 1,5 juta poundsterling. Menteri Budaya dan Pariwisata Turki, Ertugrul Gunay mengatakan, buku tersebut bisa menjadi versi asli dari Injil. Dan sempat tersingkir akibat penindasan keyakinan Gereja Kristen yang menganggap pandangan sesat kitab yang memprediksi kedatangan penerus Yesus.

Gunay juga mengatakan Vatikan telah membuat permintaan resmi untuk melihat kitab dari teks yang kontroversial menurut keyakinan Kristen ini. Kitab ini berada diluar pandangan iman Kristen sesuai Alkitab Injil lain seperti Markus, Matius, Lukas dan Yohanes.

Tahun baru 1433 hijriyah sudah hadir dan kita lalui bersama dan insya Allah beberapa hari lagi kita masuki tahun 2012 M dengan teriring harapan semoga bertambah tahun bertambah prestasi yang mampu kita ukir dan sumbangkan untuk kemajuan bangsa kita ini. Maju terus guru SKI MA semoga Allah meridloi usaha dan kreatifitas kita semua.

Selain Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta, di wilayah DIY terdapat lima Masjid Pathok Negoro masing-masing adalah: Masjid Sultan Agung Babadan Baru Bantul DIY, Masjid Pathok Negara Taqwa Wonokromo Bantul DIY, Masjid Sulthoni Plosokuning Sleman DIY, Masjid Jami’ an-Nur Mlangi Sleman DIY, dan Masjid Nurul Huda Dongkelan DIY.

Sudah hampir berakhir bulan Maret 2011 ini, dan lebih dari dua tahun forum Guruskima dan yang terakhir memberi komentar di blog ini adalah bapak Burhan dari Riau yang menanyakan kapan kita reuni? Dan marilah kita tunjukkan karya-karya kreatif kita Guruskima harus dan wajib berkarya. Setuju smuanya!!! Okey.

Yah sekarang semakin sepi saja forum GuruSKIMA yang hampir dua tahun di bulan Pebruari 2011 ini sebab sejak Pebruari 2009, ide untuk membuat forum tempat komunikasi teman-teman guru SKI MA ini dibuat. Bagaimana pak Diki, pak Ade, pak Agus dan bu Lina? Mungkin teman-teman kita beberapa mendapatkan tugas tambahan selain guru, seperti menjadi pengawas dan kepala madrasah. Hallo pak Zarkasyi pak Suriyadi dan teman-teman lainnya. Maaf sekarang kami belum bisa SMS lagi kalian semua seperti saat-saat lalu. Tentu dengan fasilitas yang teman-teman miliki saat sekarang lebih mudah untuk mengakses dan meramaikan forum kita ini. Di saat sepinya dalam mengunjungi forum silaturrahmi guru SKI MA, saat ini di Yogyakarta sedang ramai-ramainya dalam puncak acara Grebeg Sekaten. Siapa teman-teman guru SKI MA yang belum pernah menyaksikan Grebeg Sekaten di Yogyakarta selalu penasaran dengan Grebeg Sekaten itu seperti apa. Yang jelas selamat berkarya berkarya dan berkarya, kreatif-kreatif-kreatif. Kita jelang tahun yang ke-tiga dari forum kita ini dengan penuh kreatifitas dalam berkarya, Amin.